Bprnews.id - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), melaporkan jatuhnya dua entitas perbankan tahun ini, PT Bank Perkreditan Rakyat Bagong Inti Marga (BPR BIM), yang berada di wilayah Jawa Timur, dan Perusahaan Umum Daerah Bank Perkreditan Rakyat Karya Remaja Indramayu (Perumda BPR KRI), yang melayani masyarakat lokal Indramayu di Jawa Barat, keduanya bangkrut.
Namun disaat ada dua bank bangkrut, BPR justru meraih asset yang tidak hanya stabil tetapi malah menunjukkan peningkatan yang signifikan aset BPR per Agustus 2023 telah mencatat suatu lonjakan yang mencerminkan kekuatan dan ketahanan luar biasa. Berdasarkan data statistik perbankan Indonesia terakhir, aset yang dibukukan oleh BPR telah menanjak hingga Rp188,87 triliun, menandai kenaikan sebesar 7,9% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni Rp175,04 triliun.
Terkait hal itu, Direktur Eksekutif Klaim dan Resolusi Bank Suwandi mengungkapkan bahwa hal tersebut bukan suatu hal yang luar biasa. Ini bisa saja terjadi lantaran pertumbuhan aset BPR memang tinggi.
“Bisa saja, kan pertumbuhan aset BPR kan tinggi, sementara yang tutup enggak mungkin enggak sebanding dengan growth BPR, jadi tetap aja keliatan surplus,” kata Suwandi ditemui di sela-sela Media Workshop LPS di Bandung, Jawa Barat Kamis (9/11).
Di sisi lain, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, melaporkan sebuah pencapaian yang mendapat sorotan luas aset perbankan yang terus menguat, terutama berkat peningkatan signifikan dalam penyaluran kredit yang telah mencapai angka Rp137,49 triliun menandai peningkatan hampir 10% dari tahun sebelumnya. Tidak ketinggalan, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang merupakan bagian penting dari sistem keuangan nasional juga merasakan angin segar dengan peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang kini mencapai Rp134 triliun hingga Agustus 2023, naik 9,21% dari periode yang sama di tahun lalu.
Pertumbuhan tahunan yang signifikan pada simpanan sebesar 10,58% dan tabungan sebesar 6,13% yoy.
Adapun, Dian menyebut saat ini OJK telah memiliki roadmap pengembangan BPR dan BPRS rencana pengembangan ini dirancang untuk memperkuat sektor imelalui metode seperti akselerasi, konsolidasi, penguatan modal, dan juga poros menuju transformasi digital. Selain kemajuan teknologi, peta jalan tersebut juga mencakup peningkatan kemampuan sumber daya manusia SDM dan sebagainya.
"BPR/BPRS ini masih harus terus dilanjutkan penguatannya dan kami pastikan bahwa BPR/BPRS ini menjadi bank yang betul-betul kredibel dan betul-betul memberikan kontribusi yang tinggi kepada masyarakat kita," ungkapnya.
Berdasarkan statistik terkini, hingga Agustus 2023, tercatat penurunan tajam jumlah BPR menjadi 1.412, jauh menurun dari konsistensinya pada Agustus 2022 yang tercatat 1.450. Tren penurunan ini pun berlanjut pada bulan-bulan sebelumnya, di mana pada Januari 2023 total ada 1.437, lalu Februari 2023 terdapat 1.429 BPR, disusul Maret mencapai 1.426 BPR dan April 1.416 BPR, Mei dan Juni serta Juli pada 2023 sebesar 1.413 BPR.
Bprnews.id - Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Varia mendorong transformasi digital dengan layanan fintech, memposisikan diri sebagai sumber pendanaan utama bagi platform fintech lending. Kemampuan platform-platform ini dalam menarik konsumen secara cepat dan ekonomis menunjukkan pentingnya aliansi strategis ini. Pemahaman mendalam tersebut disampaikan oleh Direktur Utama BPR Varia, Paulus Rasubala, dan pemegang saham, Novita Hakim, pada pertemuan di Jakarta (8/11)
Paulus dan Novita, yang sama-sama menegaskan bahwa sinergi ini bukan sekadar diinginkan namun perlu, karena kekuatan masing-masing saling melengkapi. Fasilitas dan kemudahan teknologi tersebut tidak mengurangi prinsip-prinsip dasar yang selama ini diterapkan BPR
"Pinjaman yang diberikan semakin dipermudah dengan teknologi, tetapi harus tetap prudent dan dalam kehati-hatian. BPR Varia juga mendorong agar kolaborasi terus ditingkatkan," kata Novita.
Paulus menyebutkan, dukungan teknologi digital sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan BPR. kerja sama ini bertujuan untuk mendongkrak operasional BPR Varia, lembaga yang semakin fokus pada pembiayaan produktif setelah beroperasi selama 30 tahun. Perpaduan antara pengalaman dan inovasi ini tentunya akan membawa perubahan menarik di bidang keuangan.
"Upaya BPR Varia yang tengah menggenjot pembiayaan produktif juga semakin dipermudah melalui fintech lending. Masing-masing saling menguntungkan sehinga perlu dipercepat," ujar Paulus.
Pekan lalu BPR Vania menjadi tonggak sejarah tersendiri karena mereka merayakan hari jadinya yang ke-30. Perayaan tersebut bukan sekedar acara, melainkan berkumpulnya tokoh-tokoh penting bagi kesuksesan perusahaan. Hadir dalam acara tersebut pendiri BPR Varia Rachman Hakim, pemegang saham Varia Novita Hakim, serta komisaris Felicia Hakim dan Alexsander.
Selain Paulus Rasubala menjabat sebagai Direktur, Edi Sukmayadi sebagai Direktur penting lainnya, serta mitra seperti CEO BPR Kanti, Made Arya Amitaba, Sunu Widyatmoko, CEO Dompet Kilat, dan Albertus Haryo, Direktur Fintech Tingkatkan Indonesia.
Sunu Widyatmoko dan Albertus Haryo, praktisi terkenal di bidang fintech lending. Keduanya menganjurkan peningkatan kolaborasi dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), dengan menggarisbawahi potensinya untuk mengoptimalkan operasional fintech peer-to-peer sekaligus membantu lembaga keuangan tradisional tersebut terutama mengapresiasi tekad yang ditunjukkan BPR Varia dalam mendorong transformasi digital.
"Memang awal-awalnya sulit untuk bisa bersinergi, tapi sekarang tidak bisa dihindari lagi. Kehadiran regulasi dan pihak yang memfasilitasi juga sangat diperlukan untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan BPR dan transformasi digital," terang Sunu yang juga Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).
Albertus yang memperjuangkan penggabungan peer-to-peer (P2P) lending untuk mendorong aktivitas Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dalam beberapa bulan terakhir, Fintech Boost Indonesia dan BPR Varia telah menjajaki kolaborasi yang berkelanjutan, dan BPR Varia terus meningkatkan kinerjanya. Transformasi ini juga dilambangkan dengan logo baru mereka yang menampilkan tanda infinity, yang menunjukkan komitmen mereka terhadap operasional bisnis yang berkelanjutan.
Seperti diketahui, data Perhimpunan Bank Perekonomian Rakyat Indonesia (Perbarindo) menyebutkan hingga Juni 2023 tercatat sebanyak 180 BPR yang menjalin kerja sama dengan fintect lending.
Selain dengan fintech lending, BPR juga bisa bekerja sama dengan pihak lainnya seperti perusahaan asuransi, E-commerce, dan fasilitas penyelenggara jasa pembayaran nonbank lainnya.
Bprnews.id - Data breach atau kebocoran data seringkali memenuhi media massa, terutama di Indonesia dan tak luput juga pada sektor perbankan. Kejahatan teknologi ini tidak hanya menimbulkan dampak buruk bagi nasabah, namun juga bagi perusahaan atau bank itu sendiri.
Zulkifli Salim, Deputi Direktur Digitalisasi, Pusat Keuangan dan Transformasi Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang mengungkapkan bahwa pelanggaran data menjadi topik permasalahan utama di dunia perbankan di era digital ini banyaknya kasus data breaching meresahkan banyak pihak dan tentunya perlu ada upaya pencegahan yang berfungsi secara maksimal.
“Kita itu punya prestasi yang tidak menggembirakan, salah satu negara yang mengalami kasus data breaching terbanyak,” katanya saat menjadi pembicara di acara World Cloud Show 2023 di Jakarta, Selasa (7/11).
Maka dari itu, permasalahan mengenai keamanan ruang siber merupakan salah satu fokus dari badan regulator perbankan seperti OJK saat ini.
Zulkifli mengungkapkan bahwa meskipun banyak serangan siber yang menyasar institusi pemerintah, sektor keuanganlah yang paling menderita akibat serangan ransomware. Menyikapi hal tersebut, OJK telah melakukan berbagai upaya, salah satu prinsipnya adalah peta jalan Perkembangan Perbankan Indonesia yang menjadi pedoman 5 tahun sektor perbankan tanah air.
Menanggapi hal ini, OJK telah berupaya dengan mengusung roadmap Pengembangan Perbankan Indonesia yang menjadi panduan dunia perbankan Indonesia selama 5 tahun sekali.
Melalui upaya ini, OJK tak hanya mengkonsolidasi, tetapi juga menekankan pentingnya digitalisasi perbankan yang diikuti oleh keamanan ruang siber.
OJK berkomitmen tidak hanya melakukan konsolidasi namun juga menekankan pentingnya digitalisasi perbankan yang dibarengi dengan keamanan ruang siber. Upaya yang dilakukan adalah dengan menyebarkan wawasan mengenai percepatan digitalisasi perbankan di situs resminya yang dapat diakses oleh siapa saja. Upaya-upaya tersebut secara tidak langsung meningkatkan literasi digital masyarakat, khususnya terkait keamanan perbankan digital.
"Salah satu upaya yang dilakukan oleh OJK adalah dengan mengeluarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 29/SEOJK.03/2022 Tentang Ketahanan dan Keamanan Siber Bagi Bank Umum," ucap Zulkifli.
Selain itu, ada juga Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2022 tentang Penyelenggaraan Teknologi Informasi oleh Bank Umum.
Surat edaran ini memuat panduan bagi bank umum dalam menghadapi ancaman keamanan siber dan kebocoran data nasabah. Kemudian, OJK juga mewajibkan bank umum untuk melaporkan setiap kejadian kebocoran data nasabah ke OJK.
Seiring dengan terus berkembangnya lanskap perbankan digital di Indonesia, kekhawatiran mengenai ketahanan dan keamanan siber tetap menjadi prioritas utama dalam industri perbankan, OJK menyarankan bank digital untuk memperkuat sistem keamanan sibernya dan melakukan pengujian penetrasi secara berkala untuk menjaga platformnya apalagi bank digital harus mengutamakan keamanan data nasabah melalui enkripsi dan sistem autentikasi yang kuat.
Dalam rangka meningkatkan keamanan siber OJK bersama lembaga-lembaga seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk memperkuat keamanan siber dan mencegah pembobolan data nasabah.
Untuk jangka panjang, OJK juga akan membawakan Digital Maturity Assessment for Banks yang bertujuan untuk mengukur tingkat digitalisasi bank berdasarkan d8 kategori dengan menggunakan 95 parameter kontrol, sehingga memberikan wawasan mengenai efektivitas transisi digital yang dilakukan oleh perbankan di Indonesia.
Bprnews.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menyampaikan tentang persiapan peraturan mengenai asuransi kredit yang sedang berlangsung terangkum dalam peraturan mereka yang akan datang (POJK).
Deputi Komisioner Pengawasan Asuransi, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Iwan Pasila yang menegaskan, pihaknya saat ini sedang berupaya menjalin interaksi yang harmonis antara industri asuransi dan penjaminan untuk perlindungan asuransi kredit.
“Jadi hal-hal yang berkaitan dengan asuransi kredit, baik itu default dan asuransi jiwa kredit, kami berharap ini bisa mendorong supaya arena bermainnya bisa lebih baik dengan bantuan database dari asosiasi,” kata Iwan dalam acara Webinar Insurance Outlook 2024, Selasa (7/11).
Menurut Iwan, asosiasi ini berperan penting dalam memenuhi kebutuhan anggotanya, OJK Menjelaskan juga tengah mendorong asosiasi tersebut untuk mengembangkan database yang komprehensif.
Iwan menuturkan di dalam pengembangan POJK asuransi kredit dan asuransi jiwa kredit, dibutuhkan peran asosiasi untuk membangun database untuk memungkinkan perusahaan perasuransian, baik asuransi jiwa maupun asuransi umum, melakukan risk assessment dengan baik.
Iwan menekankan peran penting yang dimainkan oleh asosiasi dalam membangun database yang memungkinkan perusahaan asuransi, baik asuransi jiwa maupun umum, melakukan risk assessment yang tepat.
“Karena selama ini, yang kita lihat cukup banyak perusahaan asuransi jiwa maupun asuransi umum yang ingin melakukan fungsinya dengan baik. Kami berharap database yang dibangun oleh asosiasi bisa membantu,” ungkapnya.
Pengembangan ini, memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan keterampilan penjaminan emisi mereka secara efisien. Selain itu, Iwan juga menyebut regulator juga sedang berbicara dengan pengawas di perbankan maupun di multifinance untuk bersama-sama menumbuhkan asuransi kredit
“Karena kami juga memahami bahwa tidak bisa perusahaan asuransi berdiri sendiri,” tandasnya.
Bprnews.id - PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), juga dikenal sebagai BNC, meluncurkan cabang pintar barunya di Surabaya, Jawa Timur. Hal ini merupakan perluasan dari jejak digital BNC yang telah memiliki smart Branch di Pantai Indah Kapuk dan digital lounge yang terletak di kawasan perbelanjaan Ashta District 8, Jakarta yang ramai.
Pj Direktur Bank Neo Commerce (BBYB), Aditya Windarwo menjelaskan kawasan Surabaya dan Jawa Timur merupakan hub penting penggerak perekonomian Indonesia dan salah satu kawasan kegiatan ekonomi terbesar. Sebagai kota bisnis yang ramai, Surabaya menghadirkan banyak daya tarik yang mendorong berbagai pelaku industri untuk mengembangkan usahanya di kota ini.
“Dalam era modern, industri perbankan mengambil peran sentral dalam aktivitas keseharian masyarakat. Di Surabaya, bank dimanfaatkan oleh masyarakat dalam level kebutuhan pribadi, keluarga, maupun instansi bisnis. Keberadaan layanan perbankan di Surabaya mutlak diperlukan demi keamanan dan kemudahan bertransaksi,” ungkap Aditya dalam keterangan pers, Kamis (9/11).
Aditya menambahkan, Smart branch BNC di Surabaya juga merupakan bentuk dari komitmen perseroan dalam melakukan pelayanan perbankan yang komprehensif dan semakin dekat dengan masyarakat. Dengan konsep yang dirancang khusus, smart branch akan memberikan layanan yang kaya dengan sentuhan digital, juga menghadirkan suasana yang lebih casual dan santai, sehingga dapat memberikan neo experience atau pengalaman baru dari sisi perbankan bagi seluruh nasabah setia BNC, khususnya di Surabaya.
“Sejauh ini BNC sebagai bank dengan layanan digital tetap mempertahankan beberapa kantor cabang di beberapa kota utama. Fungsi kantor cabang ini sebagai pusat informasi bagi masyarakat yang ingin mengetahui lebih jauh tentang BNC serta berbagai layanan yang diberikan,” paparnya.
Sementara itu, Branch Manager Surabaya Bank Neo Commerce (BBYB) Diana Rety Ardianingrum, berharap kehadiran smart branch ini dapat menjadi salah satu langkah BNC dalam mendukung program inklusi keuangan nasional.
“Smart branch juga sebagai pendorong semangat bagi kami, pegawai BNC di Surabaya, untuk dapat lebih mengoptimalkan layanan perbankan bagi para nasabah dan masyarakat di Surabaya, sehingga dapat meningkatkan perputaran bisnis para nasabah kami,” katanya.