BPRNews.id - Meskipun Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) di level 6,25%, bunga deposito perbankan tetap mengalami kenaikan.
Pada Juni 2024, rata-rata bunga deposito perbankan untuk tenor satu bulan mencapai 4,63%, meningkat dari 4,61% pada Mei 2024. Berdasarkan laporan analisis uang beredar, bunga deposito untuk tenor 1 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan meningkat masing-masing menjadi 4,64%, 5,91%, dan 4,10% pada Mei 2024, dari sebelumnya 4,62%, 5,88%, dan 4,05% pada April 2024.
Namun, beberapa bank masih belum berencana untuk menaikkan suku bunga depositonya. Direktur Distribution and Institutional Funding BTN, Jasmin, menyatakan bahwa suku bunga deposito BTN saat ini masih cukup kompetitif dibandingkan bank lain, sehingga tidak ada urgensi untuk menaikkannya.
"Likuiditas BTN saat ini cukup untuk mendukung ekspansi kredit," ujar Jasmin, Kamis (18/7).
Di laman perusahaan, BTN menawarkan bunga deposito dengan rentang dari 2,75% hingga 3,40%. Jasmin juga menegaskan bahwa BTN akan terus berupaya menurunkan cost of fund, meningkatkan CASA, serta fokus pada transaksi ritel maupun wholesale.
"Kami menargetkan pertumbuhan DPK di kisaran 9%-10%, dan saat ini masih on track meskipun ada kenaikan suku bunga acuan BI," tambahnya.
Ivan Jaya, Consumer Funding & Wealth Business Head Bank Danamon, menyampaikan bahwa Bank Danamon menawarkan suku bunga deposito yang kompetitif untuk menjaga dan meningkatkan likuiditas.
"Sampai akhir tahun, kami perkirakan suku bunga acuan tetap stabil, sehingga bunga deposito akan tetap pada level saat ini, namun tetap dinamis mengikuti kebutuhan likuiditas bank dan kondisi pasar," ujarnya.
Bank Danamon menawarkan deposito online rupiah hingga 5% melalui mobile banking, tergantung tenor dan jumlah penempatan. Dalam menghimpun DPK, Danamon menerapkan strategi peningkatan transaksi dan kenyamanan bertransaksi, seperti program undian Danamon Hadiah Beruntun dengan grand prize Tesla Model 3.
"Produk terbaru kami, Tabungan Danamon LEBIH PRO, otomatis membuka 9 rekening mata uang asing dengan kartu debit yang mendukung transaksi internasional," kata Ivan.
Bank Mandiri juga mempertimbangkan penyesuaian suku bunga deposito seiring kenaikan suku bunga di pasar. SVP Retail Deposito Products and Solution Bank Mandiri, Evi Dempowati, menyampaikan bahwa mereka terus mengamati tren suku bunga di pasar dan kondisi likuiditas perbankan.
"Saat ini, bunga deposito Bank Mandiri, baik rupiah maupun valas, masih stabil dengan imbal hasil hingga 2,5% per tahun untuk IDR dan hingga 1,75% per tahun untuk deposito valas USD," ujar Evi.
Ke depan, Bank Mandiri akan mengoptimalkan dana murah dan fokus pada layanan digital multi transaksi, dengan harapan pertumbuhan DPK hingga akhir 2024 dapat tumbuh positif.
Hingga Mei 2024, Deposito Bank Mandiri tumbuh 4,07% secara Year on Year (YoY) dibandingkan Mei 2023, atau tumbuh Rp 10,2 triliun.
BPRNews.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan bahwa sedang dalam proses penyusunan Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (RPOJK LPBBTI), atau yang lebih dikenal sebagai fintech peer to peer lending (fintech P2P). Peraturan ini saat ini dalam tahap rule making rule dan OJK sedang menerima masukan dari berbagai pemangku kepentingan.
OJK mengapresiasi kontribusi yang telah diberikan oleh para pemangku kepentingan dan saat ini fokus untuk menyempurnakan regulasi LPBBTI sebagai bagian dari upaya implementasi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK).
Beberapa penyempurnaan yang sedang dibahas meliputi penguatan kelembagaan, manajemen risiko, tata kelola, dan perlindungan konsumen, serta dukungan yang lebih kuat terhadap sektor produktif.
Dalam upaya memperkuat dukungan terhadap sektor usaha produktif melalui LPBBTI, OJK berencana untuk meningkatkan batas maksimum pendanaan produktif (bukan konsumtif) hingga melebihi batas maksimum sebelumnya sebesar Rp2 miliar.
LPBBTI yang memenuhi kriteria tertentu, termasuk rasio TWP90 maksimum 5 persen, akan dapat menyalurkan pendanaan hingga batas maksimum yang ditetapkan. Rasio TWP90 ini mengukur tingkat keterlambatan pembayaran lebih dari 90 hari dalam perjanjian pendanaan.
Langkah ini sejalan dengan Roadmap Pengembangan dan Penguatan LPBBTI 2023-2028 yang bertujuan untuk meningkatkan kontribusi positif terhadap UMKM dan pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan.
BPRNews.id - Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia menghadapi tantangan berat dalam mendapatkan akses ke pembiayaan, terutama di tengah perlambatan penyaluran kredit industri perbankan konvensional yang dipengaruhi oleh pemburukan aset. Meskipun demikian, perbankan syariah berhasil menunjukkan performa yang mengesankan dengan pertumbuhan pembiayaan UMKM yang solid hingga pertengahan tahun ini.
Menurut data terbaru, perbankan syariah mencatatkan peningkatan yang signifikan dalam penyaluran kredit kepada UMKM, menunjukkan komitmen yang kuat dalam mendukung sektor ini sebagai pilar utama pertumbuhan ekonomi nasional. Keberhasilan ini sekaligus menunjukkan adaptabilitas perbankan syariah dalam menghadapi dinamika ekonomi global dan lokal.
"Dalam kondisi ekonomi saat ini, kami melihat peran penting perbankan syariah dalam memberikan akses pembiayaan yang inklusif dan berkelanjutan bagi UMKM di Indonesia," ungkap Direktur Utama sebuah bank syariah ternama.
Pertumbuhan yang solid ini diharapkan dapat memberikan dorongan positif bagi UMKM dalam mengatasi tantangan ekonomi yang semakin kompleks, serta membantu meningkatkan daya saing dan kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional.
Meskipun demikian, tantangan tetap ada di depan. Perbankan syariah diharapkan untuk terus meningkatkan inovasi dalam produk dan layanan finansialnya, sejalan dengan perubahan kebutuhan dan tuntutan pasar yang terus berkembang. Dengan demikian, UMKM diharapkan dapat lebih terbantu dalam mengoptimalkan potensinya dalam memajukan ekonomi bangsa.
Komitmen perbankan syariah untuk terus mendukung UMKM juga tercermin dalam upaya penguatan kapasitas, manajemen risiko yang lebih baik, serta peningkatan aksesibilitas terhadap layanan keuangan yang berkesinambungan. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menjadi pijakan kuat dalam menghadapi dinamika ekonomi global yang tidak pasti.
Dengan terus mendorong pembiayaan UMKM, perbankan syariah tidak hanya berperan sebagai lembaga keuangan, tetapi juga mitra strategis dalam membangun fondasi ekonomi yang kokoh dan inklusif bagi masa depan Indonesia.
BPRNews.id - Penggunaan mata uang lokal tanpa keterlibatan dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami peningkatan signifikan di Indonesia. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti, mengungkapkan bahwa transaksi local currency transaction (LCT) antara Indonesia dan China menunjukkan tren positif meskipun China menghadapi tantangan ekonomi.
"Kami melihat tren yang terus meningkat, bahkan China, yang beberapa waktu lalu mengalami penurunan akibat tekanan ekonomi, telah menunjukkan peningkatan signifikan dalam transaksi LCT dengan Indonesia dalam dua bulan terakhir," ujarnya dalam konferensi pers di kantor pusat BI, Jakarta Pusat, Rabu (17/7/2024).
Data menunjukkan bahwa nilai transaksi LCT pada Juni 2024 mencapai US$ 887,43 juta, mengalami kenaikan sebesar 80,6% dibandingkan tahun sebelumnya.
"Secara kumulatif, implementasi LCT dari Januari hingga Juni 2024 mencapai US$ 4,7 miliar atau sekitar Rp 75,20 triliun, naik sebesar 45,7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya," tambah Destry.
Meskipun jumlah pelaku LCT tetap stabil sekitar 4.379, China tetap menjadi mitra terbesar Indonesia dalam transaksi ini, menguasai 42,9% dari total transaksi LCT.
"Jumlah pelaku LCT tetap konsisten, sekitar 4.379 pelaku, dan yang menarik adalah kontribusi China yang mencapai 42,9% dari total transaksi LCT pada bulan Juni," jelasnya.
Destry menegaskan bahwa implementasi LCT menjadi penting dalam memperdalam pasar keuangan Indonesia, memberikan manfaat positif bagi sektor perdagangan dan investasi.
"Peningkatan signifikan ini menunjukkan bahwa LCT tidak hanya mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS, tetapi juga menguatkan posisi ekonomi Indonesia secara keseluruhan," tutupnya.
BPRNews.id - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di level 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan Juli 2024. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa keputusan untuk mempertahankan BI rate 6,25% ini selaras dengan kebijakan moneter yang mengutamakan stabilitas.
"Langkah ini bersifat pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali," ujar Perry dalam konferensi pers pada Rabu (17/7).
BI menetapkan target inflasi untuk tahun 2024 dan 2025 berada di kisaran 2,5% ± 1%. Kebijakan ini juga didukung oleh penguatan operasi moneter untuk meningkatkan efektifitas stabilisasi nilai tukar rupiah serta menarik aliran modal asing.
Perry juga menekankan bahwa kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan makroprudensial yang longgar terus diterapkan untuk mendorong kredit dan pembiayaan perbankan kepada sektor usaha dan rumah tangga.
Kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran serta memperluas adopsi digitalisasi dalam sistem pembayaran.
Selain mempertahankan suku bunga acuan, BI juga menahan suku bunga deposit facility di level 5,5% dan suku bunga lending facility di level 7%.
Perlu diketahui, pada RDG April lalu, BI telah menaikkan BI rate sebesar 25 basis poin (bps) dari 6,00% menjadi 6,25%. Sejak bulan Mei hingga Juli