Bprnews.id - Meskipun BI diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuan, bunga kredit perbankan masih memiliki peluang untuk naik pada tahun 2024.
Kenaikan ini dianggap sebagai efek dari kenaikan suku bunga acuan BI sepanjang tahun 2023.
Data dari BI menunjukkan bahwa per November 2023, hanya bank BUMN yang mengalami kenaikan bunga kredit menjadi 9,70% dari periode sama tahun lalu yang sekitar 7,95% sementara bank swasta nasional mengalami penurunan dari periode sama tahun lalu di 10,60% menjadi 10,17%.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin berpendapat proyeksi bunga kredit saat ini trennya masih akan naik, meskipun tak bakal terlalu tinggi. Ini pengaruh dari kondisi global dan perpolitikan di Indonesia yang belum memiliki titik terang.
“Kenaikan bunga kredit itu akan cuma adjustment saja, untuk mengantisipasi kenaikan NPL” ujar Amin.
Kenaikan bunga kredit dijelaskan sebagai hasil dari kebijakan masing-masing bank, tergantung pada cara mereka melihat persaingan bunga kredit dengan bank lain.
Keputusan untuk menetapkan kenaikan bunga dapat bergantung pada persepsi persaingan dan strategi bisnis masing-masing bank.
“Jika mereka merasa tidak bersaing, mungkin memutuskan untuk tidak menetapkan kenaikan bunga terlebih dahulu, tapi nanti pasti mereka struggle sendiri,” ujarnya.
Sementara itu, ia bilang bank juga akan melihat perlu tidaknya menaikkan suku bunga dengan melihat basis risiko dari sektor-sektor yang mendapat kredit. Ia mencontohkan sektor pertambangan.
Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan bilang bahwa sepanjang tahun lalu pihaknya telah menaikkan bunga kredit, terutama di sektor ritel dan UMKM, tetapi mencoba untuk tidak menaikkan bunga kredit jika BI menurunkan bunga acuan.
BCA, sementara itu, belum melakukan penyesuaian tingkat suku bunga kredit di segmen ritel untuk mendukung nasabah pasca pandemi.
“Jika BI menurunkan bunga acuan tahun ini, kami usahakan tidak naikkan bunga kredit,” ujar Lani.
Jika mengacu pada situs resminya, kredit ritel di CIMB Niaga memang memiliki Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) paling tinggi dibandingkan sektor lainnya. Di mana, SBDK untuk kredit ritel sebesar 8,75%.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya relatif belum melakukan penyesuaian tingkat suku bunga kredit di segmen ritel.
“Ini untuk mendukung para nasabah pasca pandemi sehingga dapat mengoptimalkan permintaan kredit,” ujarnya.
Di sisi lain, sejalan dengan pergerakan suku bunga BI terakhir, Hera bilang Bank BCA telah beberapa kali meningkatkan suku bunga deposito seiring dengan kenaikan suku bunga BI dalam 18 bulan terakhir.
Saat ini, SBDK BCA paling tinggi juga untuk sektor ritel. Bank milik Djarum Group tersebut menetapkan SBDK untuk sektor tersebut sebesar 8,10%
Bprnews.id - Suku bunga pada layanan pinjaman online (pinjol) dari financial technology (fintech) peer-to-peer (P2P) lending secara resmi turun pada tahun 2024, seiring dengan regulasi yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Berdasarkan Surat Edaran OJK Nomor 19/SEOJK.05/2023 tentang Penyelenggaraan Layanan Pendanaan Berbasis Teknologi Informasi, penurunan suku bunga ini akan diimplementasikan secara bertahap selama tiga tahun, dari 2024 hingga 2026.
Pada sektor produktif, suku bunga pinjol ditetapkan sebesar 0,1 persen per hari pada 2024 dan 2025, kemudian turun menjadi 0,067 persen per hari pada 2026.
Sementara itu, di sektor konsumtif, suku bunga pinjol turun dari 0,4 persen per hari menjadi 0,3 persen per hari pada 2024, lalu turun menjadi 0,2 persen per hari pada 2025, dan 0,1 persen per hari pada 2026.
Meskipun ada penurunan, suku bunga pinjol di sektor konsumtif pada 2024 masih terbilang tinggi, yaitu sebesar 0,3 persen per hari.
Misalnya, OJK mencatat, pada September 2023, suku bunga rata-rata kredit bank umum jenis penggunaan konsumsi dalam rupiah sebesar 10,23 persen per tahun dan suku bunga rata-rata kredit konsumsi bank perekonomian rakyat (BPR) sebesar 19,48 persen per tahun.
Sementara, batas maksimum suku bunga kartu kredit bank sebesar 1,75 persen per bulan atau 21 persen per tahun. Pertanyaannya, mengapa suku bunga pinjol tidak langsung ditetapkan 0,1 persen per hari di sektor konsumtif untuk tahun ini? Kenapa harus menunggu hingga 2026?
Menurut Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap Anggota Dewan Komisioner OJK, penurunan suku bunga pinjol harus bertahap untuk menghindari risiko kolapsnya industri.
“Soal (penurunan) bunga ini bertahap, supaya industri fintech tetap bisa bertahan,” katanya, beberapa waktu lalu.
Penting untuk dicatat bahwa regulasi ini mendukung upaya OJK untuk mengatur industri pinjol agar lebih transparan dan memberikan perlindungan kepada konsumen, sambil memastikan keberlanjutan bisnis fintech di Indonesia.
Bprnews.id - Pada Pada awal bulan Januari 2024, Bank SeaBank Indonesia, yang terafiliasi dengan Grup Shopee, menawarkan bunga deposito maksimal sebesar 6%. Bank digital ini memiliki penawaran bunga deposito yang hampir mirip dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Nasabah dapat membuka rekening deposito di SeaBank dengan penempatan dana terendah sebesar Rp 1 juta, dan tenor simpanan deposito tersedia mulai dari 1 bulan, 3 bulan, hingga 6 bulan.
Namun, penting bagi nasabah untuk memahami risiko yang ditanggung. Dana nasabah tidak dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) jika saldo simpanan melebihi Rp 2 miliar, suku bunga tabungan melebihi tingkat bunga penjaminan LPS, atau jika suku bunga tabungan memperhitungkan pemberian dalam bentuk uang dari bank yang diterima oleh nasabah.
Dalam konteks pembukaan deposito di SeaBank, terdapat batasan bahwa pembukaan deposito pada satu akun hanya terbatas pada 200 deposito, dan bunga deposito yang dicairkan sebelum jatuh tempo tidak dapat diperoleh.
Nasabah disarankan untuk memahami syarat dan ketentuan dengan seksama sebelum membuka deposito di SeaBank.
Berikut rincian bunga deposito Seabank:
Di SeaBank, nasabah yang menyimpan deposito akan dikenakan pajak bunga sebesar 20%, lalu jika Anda menempatkan dana Rp 100 juta di Sea Bank dengan bunga sebesar 6,00% dan tenor selama 6 bulan, maka estimasi bunga saat jatuh tempo yang diterima nasabah setelah pajak sebesar Rp 2,38 juta setelah dipotong pajak Rp 595.068.
Bprnews.id - Pada penutupan tahun 2023, PT BPR Fianka Rezalina mencatatkan hasil cemerla dan kreativitas yang tinggi.dimana salah satunya adalah pertumbuhan aset yang naik lebih dari 30 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Ini tentunya hal yang menajubkan salah satu penyebab peningkatan Aset ini adalah karena pertumbuhan OS atau Out standing (jumlah kredit yang diberikan) yang mana pada penutup tahun 2023 ini BPR Fianka Mencatatkan OS Dianka 83,7 M yang berujung pada pertumbuhan Aset yang tercatatan diangka 146 M.
Direktur Utama BPR Fianka, Dedy Febrianto menyatakan, "BPR Fianka yang diisi mayoritas kaum milenial memiliki daya juang dan semangat pantang menyerah dalam mencapai target-target yang sudah dirancang sebelumnya."
Anak muda yang kreatif dan inovatif turut berkontribusi dalam mendukung rencana bisnis bank.
"BPR Fianka yang diisi mayoritas kaum milenial memiliki daya juang dan semangat patang menyerah dalam mencapaiu target-target yang sudah dirancang sebelumnya. Serta yang anak muda yang senan tiasa berkarya dan inovatif dalam melakasanakan segala jkegiatan mendukung tercapainya Rencana Bisnis Bank (RBB)," lanjutnya.
"Pada intinya konsepnya sih lebih kami memaparkan hasil cemerlang kami salah satu nya karena semangat yg dinominasi 80 persen anak muda karyawan kantor ini."
Selain pertumbuhan aset, BPR Fianka juga mencapai tingkat Non-Performing Loan (NPL) Net sebesar 0,4 persen, yang termasuk dalam kategori sangat sehat dalam perhitungan tingkat kesehatan bank.
Keseluruhan, BPR Fianka berhasil menjaga tren positif laba dengan pertumbuhan hampir 30 persen dari tahun sebelumnya.
Dedy berharap tim BPR Fianka dapat terus menjaga semangat dan kreativitas untuk mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2024. Dukungan dari seluruh tim, termasuk dewan komisaris, tenaga ahli, pejabat eksekutif, pengawas, dan seluruh staf, diakui sebagai faktor penting dalam mencapai hasil cemerlang di tahun 2023.
Bprnews.id - Bank Perkreditan Rakyat Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (BPR Bapera) Kabupaten Batang melakukan refleksi akhir tahun 2023 terkait kinerjanya Kamis (28/12/2023).
Direktur Utama PT BPR Bapera, Aji Setya Budi, menyatakan bahwa selama tahun 2023, BPR Bapera telah melampaui RBD sebesar Rp1,2 miliar. Hal ini berdampak pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekitar Rp700 juta lebih.
“Pada tahun ini BPR Bapera Batang sudah bisa melampaui target-target yang sudah banyak capaian. Meskipun banyak kendala dan masalah, tapi perlahan kami memperbaikinya,” jelasnya.
Meskipun menghadapi berbagai kendala dan masalah, BPR Bapera secara bertahap berhasil memperbaikinya. Capaian BPR Bapera pada tahun 2023 melebihi target yang telah ditetapkan, bahkan melampaui anggaran yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Batang.
“Tahun 2024 merencanakan ada pertumbuhan 10 hingga 15 persen, jadi targetnya sekitar Rp1,5 miliar,” terangnya.
Jumlah nasabah BPR Bapera saat ini mencapai 12.000 orang, didorong oleh kehadiran produk tabungan yang menarik minat masyarakat Kabupaten Batang.
“Kinerja yang baik dihasilkan BPR Bapera Batang merupakan kinerja semua pegawai telah bekerja keras selama setahun ini,” tandasnya.
Aji Setya Budi mengakui bahwa kinerja baik yang dicapai oleh BPR Bapera Kabupaten Batang merupakan hasil dari kerja keras seluruh pegawai selama satu tahun. Ia berharap dukungan dari berbagai pihak, termasuk Pj Bupati Batang yang telah memberikan modal, dapat membantu BPR Bapera mencapai kinerja yang baik.