Bprnews.id - Prof. Dr. lr. Sukardi, seorang dosen di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, mengungkapkan teknologi terbaru dalam ekstraksi bahan bioaktif yang bernama Pulsed Electric Field (PEF). Alat ini menjadi bagian dari inovasi untuk mengambil bahan bioaktif dengan efisiensi yang tinggi, memungkinkan Indonesia memanfaatkan sumber daya lokalnya dalam industri wewangian, kecantikan, cita rasa, dan obat. "Bahan baku produk-produk tersebut sangat diminati dunia karena memiliki kualitas spesifik yang unggul dibandingkan dengan negara lain," kata Prof Sukardi pada Selasa (20/2/2024).
Teknologi ekstraksi dan pemurnian bahan bioaktif ini, jika dilakukan di dalam negeri, dapat meningkatkan nilai tambah bagi industri lokal. Namun, saat ini proses ekstraksi masih dilakukan secara konvensional, yang hanya mencapai efisiensi maksimum 70 persen. Dalam hal ini, teknologi PEF dapat meningkatkan rendemen hingga 100 persen, memberikan keuntungan besar bagi agroindustri.
"Penerapan teknologi PEF dapat mempercepat proses ekstraksi, misalnya dalam ekstraksi minyak atsiri yang secara konvensional memakan waktu 8 jam, dengan teknologi PEF bisa menjadi hanya 4-6 jam," ungkap Prof. Sukardi. Teknologi PEF menggunakan daya listrik rendah, tetapi menghasilkan luaran tegangan tinggi, frekuensi tinggi, dan waktu paparan singkat, menjadikannya hemat biaya dan ramah lingkungan.
Harga alat ini sekitar Rp 15 juta, tetapi menurut Prof. Sukardi, nilainya jauh lebih besar dalam jangka panjang. "Meskipun mungkin modal awalnya agak sulit bagi UMKM, namun dengan kerja sama dengan pemerintah, ini bisa menjadi investasi yang sangat menguntungkan," tambahnya.
Teknologi PEF ini membawa harapan baru bagi industri ekstraksi bioaktif di Indonesia, memperluas kemungkinan penggunaan sumber daya lokal dan meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri.