Bprnews.id - Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) Nixon L.P. Napitupulu buka suara terkait kabar bahwa isu akuisisi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Kabar ini muncul seiring dengan rencana BTN untuk memisahkan (spin off) unit usaha syariah (UUS), yakni BTN Syariah.
Ketika ditanya soal kabar tersebut, Nixon mengatakan pihaknya masih mengkaji beberapa pilihan bank untuk diakuisisi terkait rencana tersebut.
"Kita masih mengkaji beberapa pilihan, belum ada putusan apapun, masih harus kaji. Setelah itu masih harus due diligence dan appraise nilai. Belum ada putusan, sabar ya," dikutip Selasa (15/11/2023).
Sementara itu, BTN lewat keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), menyebut sedang mempersiapkan opsi untuk spin-off BTN Syariah.
"Proses spin-off UUS menjadi Bank Umum Syariah (BUS) terus berjalan dengan mengkaji opsi yang paling efisien, mudah dan cepat dilaksanakan," tulis BTN lewat keterbukaan informasi, Selasa (15/11/2023).
Opsi pertama adalah mendirikan perusahaan baru atau meminta lisensi baru untuk unit bisnis syariah (BUS), tetapi juga secara proaktif menjajaki kesempatan akuisisi melalui penjajakan intensif dengan beberapa bank syariah. Opsi kedua, Perseroan sedang melakukan penjajakan dengan beberapa bank syariah yang ada dan terus berkomunikasi untuk
Secara blak-blakan, Sekretaris Perusahaan Bank Muamalat Hayunaji berinteraksi dengan media, Corporate Secretary Bank Muamalat Hayunaji tidak membenarkan atau membantah rumor yang beredar, dan menekankan bahwa keputusan strategis apa pun berada di tangan pemegang saham pengendali bank tersebut terutama Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).
"Terkait dengan pemberitaan tentang rencana akuisisi Bank Muamalat oleh salah satu bank nasional, dapat kami sampaikan bahwa hal ini sepenuhnya merupakan ranah/kewenangan dari Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) selaku Pemegang Saham Pengendali (PSP) Bank Muamalat. Kami tentunya akan mengikuti arahan dan strategi dari PSP," ujar Hayunaji, Jumat (10/11/2023).
Dia menambahkan Bank Muamalat mengambil langkah berani untuk mempercepat pertumbuhan bisnisnya melalui strategi non-organik dengan diluncurkannya Rencana Bisnis Bank (RBB) atau Rencana Bisnis yang ambisius baru-baru ini, Bank Muamalat telah membuka babak menarik dalam peta jalannya. Inti dari strategi ini adalah penjajakan aksi korporasi seperti merger dan akuisisi, terutama mengingat peraturan baru yang mewajibkan spin-off UUS dari bank induk.
Sebelumnya, BPKH menyatakan niatnya untuk mengkalibrasi ulang strategi investasinya dengan mengincar pengurangan kepemilikan saham pada pionir pembiayaan syariah di Indonesia, Bank Muamalat. BPKH mengisyaratkan bahwa bank-bank lain yang lebih matang mungkin juga akan mengakuisisi sebagian saham Bank Muamalat, sehingga membuka pintu bagi penataan kembali yang menarik di sektor perbankan.
Berdasarkan laporan publikasi kuartal III-2023, BPKH merupakan pemilik 82,66% saham Bank Muamalat. Kemudian Andre Mirza Hartawan menggenggam 5,19%, Islamic Development Bank (IsDB) 2,04%, dan pemegang saham lainnya 10,11%.
Dengan demikian BPKH masih memiliki ruang untuk mengurangi saham di Bank Muamalat, tanpa mengubah statusnya sebagai pengendali bank syariah pertama di Indonesia tersebut.