BPRNews.id - PT Bank SMBC Indonesia Tbk., sebelumnya dikenal sebagai BTPN, terus memantapkan langkahnya menghadapi tantangan di era tingkat suku bunga yang masih tinggi. Direktur Utama SMBC Indonesia, Henoch Munandar, menegaskan bahwa perseroan telah menyiapkan langkah strategis untuk menjaga momentum pertumbuhan bisnis.
“Salah satu fokus dari perbankan adalah tentu kita mengusahakan untuk mendapatkan persaingan dana murah yang menjadi salah satu sumber fokus dari industri perbankan,” ungkap Henoch dalam keterangannya di Jakarta, Kamis 5 Desember 2024. Selain itu, target ekspansi kredit disesuaikan dengan kapasitas bank dalam menambah likuiditas.
Henoch juga optimistis bahwa kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia akan mampu menjaga stabilitas ekonomi nasional pada tahun 2025. “Saya yakin dengan bauran kebijaksanaan dari pemerintah maupun dari Bank Indonesia, kita berharap bahwa situasi ini tidak melemahkan perekonomian Indonesia di tahun 2025,” jelasnya.
Meski optimisme tetap terjaga, tantangan tetap ada. Pada Januari-September 2024, SMBC Indonesia mencatatkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp1,99 triliun, turun 4,8% secara tahunan. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh kenaikan biaya kredit sebesar 45% menjadi Rp863 miliar, serta peningkatan beban operasional sebesar 27% menjadi Rp7 triliun.
Kendati demikian, pendapatan operasional SMBC Indonesia justru meningkat 24% YoY menjadi Rp12,97 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh lonjakan pendapatan bunga bersih sebesar 22% YoY menjadi Rp10,98 triliun, termasuk kontribusi signifikan dari Grup OTO, bancassurance, kartu kredit, serta layanan trade and guarantee.
Aset SMBC Indonesia tumbuh pesat sebesar 17% YoY, mencapai Rp228,6 triliun pada akhir September 2024. Penyaluran kredit pun meningkat 16% YoY menjadi Rp175,1 triliun, dengan kontribusi signifikan dari segmen Joint Financing, Jenius, serta UMKM yang masing-masing tumbuh 676%, 124%, dan 12% secara tahunan.
Meskipun rasio non-performing loan (NPL) gross naik dari 1,47% menjadi 2,16%, angkanya masih lebih rendah dibanding rata-rata industri yang mencapai 2,26% per Agustus 2024. SMBC Indonesia juga mempertahankan likuiditas dan pendanaan yang solid, dengan liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 225,7% dan net stable funding ratio (NSFR) mencapai 119,4%.
Dari sisi efisiensi, net interest margin (NIM ) bank meningkat dari 6,44% menjadi 6,82% per akhir September 2024. Rasio current account & saving account (CASA) naik ke 33,6%, didukung oleh saldo CASA yang tumbuh 8,1% YoY menjadi Rp38,0 triliun.
Secara keseluruhan, total dana pihak ketiga (DPK) SMBC Indonesia meningkat 4,4% YoY menjadi Rp113,4 triliun. Dengan capital adequacy ratio (CAR) di level 29,8%, SMBC Indonesia terus menunjukkan komitmennya untuk mendukung pertumbuhan bisnis, sekaligus menjaga stabilitas kinerja di tengah dinamika ekonomi.