Bprnews.id - Ketidak pastian global yang sedang berlangsung ini dapat mempengaruhi kualitas kredit perbankan dan berpotensi menurun. Ini tentu menjadi masalah yang cukup serius, menciptakan risiko yang dapat mengganggu kesehatan dan stabilitas sektor perbankan.
Secara industri, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio kredit bermasalah Non-Performing Loan (NPL) bruto pada September 2023 sebesar 2,43%, yang menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, ketika industri mencatat NPL bruto dengan tingkat yang lebih tinggi yaitu 2,78%.
Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengungkapkan ada bank yang NPL Brutonya berada di atas garis 5% namun, syukurlah mereka masih mampu mempertahankan NPL Net di bawah 5%.
“Ini menunjukkan bank telah melakukan pencadangan atas kerugian tersebut sehingga dampaknya terhadap permodalan sudah diantisipasi dengan baik,” ujar Dian, belum lama ini.
Dian mengingatkan agar perbankan benar-benar selektif dalam menyalurkan kredit baru. Serta, melakukan monitoring dan pendampingan usaha, khususnya bagi segmen UMKM.
“Perbankan tentu memiliki perspektif masing-masing dalam menyikapi ketidakpastian global,” ujarnya.
PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) termasuk salah satu bank yang memiliki NPL gross di atas 5%. Direktur Bisnis Bank Banten Rodi Judo bilang NPL gross Banten per Oktober 2023 di level 9,4%.
Meski masih tergolong tinggi, Rodi bilang bahwa rasio NPL tersebut sudah membaik dari posisi sama tahun lalu. Di mana, kala itu, NPL Gross Bank Banten berada di level 10,07%.
Ia mengungkapkan bahwa penurunan kualitas kredit terjadi setelah melakukan monitoring ketat terhadap kredit yang mereka miliki. Manajer tersebut, Rodi menyebutkan hal itu sudah dilakukan ketika kredit sudah masuk kolektibilitas 2.
Tapi, inisiatif mereka tidak berhenti di sini mereka juga memulai kerja sama dengan Kejaksaan Banten, memberikan mereka surat kuasa khusus untuk penagihan terhadap debitur.
“Kalau tahun lalu itu kan sudah terkumpul sekitar Rp 92 miliar,” ujarnya , Senin (6/11).
langkah proaktif yang dilakukan Bank Banten untuk memitigasi risiko kredit macet di masa depan. Sebagai strategi, bank telah mengalihkan fokusnya untuk tidak sembarangan menyalurkan pinjaman.
Langkah ini khusus ditujukan kepada ASN (Aparat Sipil Negara) karena dianggap aman di sisi lain, mereka memperketat pendekatannya terhadap pinjaman komersial.
“Kelemahan kita kan dulu sebenarnya belum siap terus dipaksakan untuk mendapat kredit, ini tak akan kita ulangi,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Risiko Bank Tabungan Negara (BTN), Setiyo Wibowo, mengungkapkan upaya proaktif bank untuk mengantisipasi potensi lonjakan NPL di masa depan. Per September 2023, NPL BTN berada di angka 3,5%, sedikit menurun dibandingkan 3,7% di awal tahun.
Dalam mengatasi masalah ini, Wibowo menyoroti strategi multifaset yang mencakup perubahan prosedur bisnis yang lebih hati-hati, meningkatkan tim penagihan, dan menyusun strategi penjualan aset untuk memulihkan pinjaman yang stagnan ini.
“Jadi bankir kan harus melakukan upaya pencegahan sebelum risiko itu terjadi,” ujarnya.