BPRNews.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan situasi likuiditas bank-bank kecil, terutama KBMI I dan KBMI II, dalam konteks tren suku bunga yang sedang meningkat. Berdasarkan data OJK per Maret 2024, likuiditas industri perbankan masih dalam kondisi memadai dengan rasio-rasio likuiditas yang melebihi standar pengawasan.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menekankan perlunya pemantauan terus-menerus terhadap semua bank KBMI I dan KBMI II.
"Kami memastikan bahwa setiap bank memiliki rencana tindakan yang cukup untuk mengatasi kebutuhan likuiditas, termasuk jaringan pasar untuk memperoleh dana likuiditas dengan cepat," ungkap Rae dalam keterangan resmi pada Kamis (23/5/2024).
Salah satu contohnya adalah PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR), yang meskipun mengalami penurunan Dana Pihak Ketiga (DPK) sekitar 5% dibandingkan dengan akhir tahun 2023, likuiditasnya masih dianggap baik.
"Ini disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang tidak terlalu signifikan," jelas Direktur Kepatuhan DNAR, Efdinal Alamsyah, kepada Bisnis pada Kamis (23/5/2024).
Sementara itu, PT Bank Neo Commerce (BNC) Tbk. (BBYB), yang juga tergolong KBMI I, mencatat likuiditas yang terjaga di tengah era suku bunga tinggi. "Masih banyak ruang untuk berkembang, itulah sebabnya kami berani untuk memperluas. Kami juga berupaya meningkatkan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) menjadi setidaknya 75%-78%," tutur Direktur Bisnis BNC, Aditya Windarwo.
Di sisi lain, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM), yang termasuk KBMI II, melaporkan kondisi likuiditas yang baik dengan LDR pada kuartal I/2024 mencapai 70%.
"Kami masih memiliki ruang untuk pertumbuhan. Outstanding kami masih dapat berkembang, baik dalam pasar maupun sektor produktif yang tumbuh secara signifikan," jelas Direktur Utama Bank Jatim, Busrul Iman, dalam Paparan Kinerja Kuartal I/2024.
Manajemen bank juga telah meninjau hambatan-hambatan yang ada dan melanjutkan pencapaian pada 2023 dengan mengakuisisi lebih banyak bisnis di sektor riil/produktif, terutama di segmen kredit UMKM, serta memperkuat pasar captive, terutama di segmen konsumen melalui program retensi dan akuisisi.
"Beberapa ekosistem selain bisnis kredit konsumen meliputi pembiayaan proyek Pemda dan layanan transaksi antar BUMD dan BLUD di bawah kendali Pemda," tambahnya.