BPRNews.id - Baru lima bulan berjalan pada tahun ini, sudah ada 12 Bank Perekonomian Rakyat (BPR) yang gulung tikar. Jumlah ini meningkat tiga kali lipat dibandingkan tahun 2023, dengan mayoritas bank yang bangkrut berasal dari Jawa Tengah.
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan bahwa setiap tahun biasanya ada 6 hingga 7 BPR yang jatuh. Penyebab utamanya adalah mismanagement oleh pemiliknya.
Jumlah BPR yang semakin susut tiap tahun menurun drastis dibandingkan satu dekade lalu, di mana sudah ada 263 BPR yang gugur. Berdasarkan data OJK hingga Mei 2024, Indonesia melaporkan bahwa tersisa 1.390 BPR yang bertahan.
LPS telah mengalokasikan anggaran untuk menyelamatkan 12 BPR yang jatuh tahun ini. Artinya, kemungkinan besar anggaran untuk BPR yang jatuh sudah terpenuhi. Namun, Purbaya menekankan bahwa jumlah ini bisa berubah tergantung keadaan, mengingat adanya program konsolidasi BPR dari OJK.
"Di anggaran kita ada 5 lagi, kita dianggarkan kan 12 [BPR] karena dari tahun ke tahun biasanya 7-8 per tahun. Ini ada program semacam konsolidasi, jadi kita dapat angka dari OJK sekitar 12 waktu itu. Tapi mungkin juga akan bergeser, bisa lebih, bisa kurang. Kita tunggu perkembangan yang ada," ujar Purbaya usai Rapat Kerja Komisi XI dengan Ketua DK LPS, Selasa (26/3/2024) lalu.
Berikut adalah daftar 12 BPR yang gugur tahun ini:
Penutupan 12 BPR ini menandai tantangan besar yang dihadapi oleh sektor BPR di Indonesia, terutama dalam hal pengelolaan dan penyehatan bank yang bermasalah. Program konsolidasi dari OJK diharapkan dapat membantu memperkuat sektor ini ke depannya.